Entri Populer

Kamis, 06 Januari 2011

MEMUDARNYA MASYARAKAT TRADISIONAL DI TIMUR TENGAH

MEMUDARNYA MASYARAKAT TRADISIONAL DI TIMUR TENGAH (TURKI, LIBANON, MESIR, SYRIA, YORDANIA, DAN IRAN)

Oleh : Nurdin Taher






A. Pendahuluan

Makalah ini mencoba membahas tentang fenomena memudarnya masyarakat tradisional di Timur Tengah. Bahan acuan atau refensi utama dari makalah ini adalah buku Daniel Lerner bab III Memudarnya Masyarakat Tradisional: Suatu Laporan. Pada bab III ini, Daniel Lerner melaporkan hasil survey yang dilakukan pada enam (6) negara di Timur Tengah, meliputi  Turki, Libanon, Mesir, Syria, Yordania, dan Iran.
Sebagaimana dipahami bahwa kehidupan sosial itu bersifat dinamis, selalu berubah, dan dengan demikian tidaklah statis. Seperti juga halnya masyarakat (komunitas), senantiasa bergerak, berevolusi, dan berubah menuju ke arah kesempurnaan. Piotr Sztompka, menyatakan “masyarakat senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internalnya” (2008:65). Walaupun dalam rangka menuju perubahan ke arah kesempurnaan itu pasti juga membawa dampak terhadap semua tatanan atau sistem sosial yang selama ini dianut dan pertahankan. Dan hal itu merupakan hubungan kausalitas, hubungan sebab akibat yang saling terkait. Artinya apa yang terjadi dengan masyarakat dewasa ini (masa kini) merupakan proses perkembangan dari masyarakat pada masa lalu. Sebagaimana dijelaskan oleh Sztompka, bahwa masyarakat ada setiap saat dari masa lalu ke masa mendatang. Kehadirannya justru melalui fase antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Dalam masyarakat kini terkandung pengaruh, bebas, dan jiplakan masa lalu serta bibit dan potensi untuk masa depan. Sifat berprosesnya masyarakat secara tersirat berarti bahwa fase sebelumnya berhubungan sebab akibat dengan fase kini dan fase kini merupakan persyaratan sebab akibat yang menentukan fase berikutnya (2008:65). Selanjutnya, Sztompka menyatakan, “kaitan antara masa kini dan masa lalu adalah basis tradisi” (ibid.,).

B. Membagi Tingkat Negara-Negara: Audit Sosial

Pertama, Statistik di Timur Tengah adalah usaha penuh resiko. Hanya beberapa0020snegara mempunyai angka yang tepat untuk pembukuan sosial. Bahkan mereka yang bertugas memeriksa statistik pusat, kadang-kadang memeraka memandang tugas mereka sebagai lebih pembangkit semangat daripada perencanaan fakta. Hal ini menyebabkan angka-angka sangat berbeda dengan pengamatan yang dapat dibuktikan.
Kedua, tidak adanya dasar pegangan merumitkan pelayanan satatistik secara efisien. Di Iran di mana taksiran jumlah penduduk berkisar di antara 15-20 juta contoh survey regional hanya dapat membatasi perbedaan satu atau dua juta. Libanon yang modernpun karena adanya perbandingan Kristen-Muslim yang menjadi dasar keseimbangan pemerintahan dalam negeri tidak mengijinkan sensus statistik yang sistematis.
Ketiga, dalam keadaan demikian angka di dalam tabel 1 hanya taksiran terbaik yang dapat ditarik dari sumber yang patut mendapat perhatian.
Keempat, taksiran didasarkan pada tahun 1950, pada tahun mana sebagian wawancara diadakan. Sejak itu, banyak perubahan penting telah terjadi seperti pertumbuhan mass media secara luar biasa di Turki yang sekarang jelas menempatkannya pada tempat yang tertinggi di dalam hal produksi media dan konsumsinya.



C. Manusia dan Tempat: Fase yang Menyimpang dan Gaya yang Menyeleweng

Modernisasi adalah kecenderungan sekuler satu arah – dari tata-hidup partisipan. Proses umum demikian ini menghendaki keajegan tertentu dari perubahan sosial di seluruh Timur Tengah. Tetapi ada penyimpangan nasional karena masing-masing negara itu sedang melalui fase-fase berbeda pada suatu waktu tertentu.
Dari keenam negara yang disurvey di Timur Tengah (Turki, Libanon, Mesir, Syria, Yordania, dan Iran), dilaporkan bahwa terjadi perkembangan modernisasi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dilaporkan bahwa Libanon merupakan negara yang tercatat paling dulu dan telah mencapai tingkat kemajuan paling unggul pada tahun 1950. Turki menunjukkan derap modernisasi lebih cepat dan lengkap selama 30 tahun terakhir, tahun 1958 berhasil melampui Libanon di dalam beberapa sektor. Jordania dan Iran adalah negara yang terbelakang modernisasinya. Syria menunjukkan kelas elit yang terpusat “di atas” dalam suatu masyarakat yang kurang padat penduduk, masih sangat agraris, negara yang tak mempunyai sumber daya alam yang cukup. Mesir, dengan hasil pertanian yang kaya mempunyai penduduk yang terpadat di dunia, menghiudpkan kembali tuntutan sejarah sebagai pemimpin dunia Arab.

D. Memudarnya Masyarakat Tradisional di Timur Tengah

Masyarakat adalah suatu komunitas yang mendiami suatu wilayah tertentu. Tentu saja dalam proses interaksinya senantiasa bersinggungan dengan dunia sekitarnya, baik itu bersifat internal maupun eksternal. Dari proses dialektika tersebut maka dinamika masyarakat terus berkembang dan berubah. “Dinamika masyarakat terjadi bisa karena faktor internal yang inheren dalam “diri” masyarakat itu sendiri, dan bisa juga karena faktor lingkungan eksternal” (Mustain Mashud, dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.), 2007:378). Akibat faktor ekternal, misalnya karena perubahan sosial, maka berpengaruh pada memudarnya tradisi-tradisi yang selama ini dianut dan dipertahankan. Tradisi menurut Sztompka, adalah kumpulan benda material dan gagasan yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu (2008:71).
Dalam hubungannya dengan masyarakat tradisional di Timur Tengah, Lerner menyebutkan bahwa berlalu masyarakat tradisonal adalah juga berlalunya banyak kehidupan tradisional. Semua gerakan perubahan sosial mengubah cara-cara di dalam mana umat manusia hidup sehari-hari. Proses modernisasi memiliki keuatan untuk mengubah jalan hidup pribadi (h. 60). Selanjutnya Lerner, menjelaskan bahwa mereka yang telah mempunyai banyak – apakah itu kekuasaan, kekayaan, atau status – juga terpaksa mengatur kembali kehidupan pribadi mereka, atau setidaknya perasaan pribadi mereka, dalam arti perubahan yang diakibatkan modernisasi di dalam dunia yang mereka kenal (h. 61). Dicontohkan oleh Lerner, misalnya, seorang Kadi Yordania (penata-usaha hukum Islam resmi), dapat mengeluarkan keputusan wajar di dalam suatu lingkungan hidup sekuler sedang ia tak dapat memberikan pendapat pribadi tentang bioskop? Apa yang akan ditulis oleh seorang wartawan Mesir yang berpendidikan tradisi besar liberalisme Eropa dalam suatu negara yang sedang dilanda kobaran semangat nasionalisme Arab dan kebencian primitif terhadap sesuatu yang asing? Bagaimana seorang gadis Libanon, yang baru lulus universitas, dengan cita rasa seni, menyelesaikan pertentangan di antara kehendaknya yang telah timbul dengan kesederhanaan hidup dari ayahnya yang tradisional? (h.61)
Telah dipahami bahwa proses globalisasi dan modernisasi telah membawa dampak terhadap tatanan kehidupan dan sistem sosial budaya pada suatu komunitas tertentu, tak terkecuali pada masayarakat di Timur Tengah. Memudarnya masyarakat tradisonal di Tumur Tengah juga sebagai proses transformasi masyarakat terhadap nilai-nilai baru yang ditawarkan oleh globalisasi dan modernisasi. Seperti ditegaskan oleh Wilbert Moore, modernisasi adalah transfiormasi total masyarakat tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi sosial yang menyerupai dunia Barat yang eknominya makmur dan situasi politiknya statbil (Sztompka, 2008:152). Sedang Chodak mendefinisikan modernisasi sebagai contoh khusus dan penting dari kemajuan masyarakat, contoh usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai standar kehidupan yang lebih tinggi (ibid., h. 153). Secara sederhana modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap modern baik oleh rakyat banyak maupun oleh elit penguasa (ibid.,).
Gejala memudarnya masyarakat tradisional di Timur Tengah dapat diidentifikasi melalui ciri-ciri masyarakat yang telah mengalami transformasi dan adaptasi karena proses modernisasi. Menurut Alex Inkeles (1976), kepribadian masyarakat modern dicirikan sebagai berikut:
1.     Kesiapan menerima pengalaman baru dan keterbukaan terhadap inovasi dan perubahan
2.     Kesiapan membentuk atau mempertahankan pendapat mengenai berbagai masalah yang menyangkut kepentingan umum, mencari bukti yang mendukung pendapat itu, mengakui keanekaragaman pendapat yang ada; dan menilai keanekaragamanm pwendapat itu secara positif.
3.     Orientasi khusus terhadap waktu: lebih menekankan pada masa kini dan masa depan ketimbang masa lalu, mengutamakan jadwal, dan kecepatan waktu.
4.     Kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dan bersama orang lain untuk menata hidupnya menghadapi tantangan yang muncul.
5.     Berencana, mengantisipasi dan menata kegiatan masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan individual maupun kemasyarakatan.
6.     Mempercayai keteraturan kehidupan sosial yang dapat diramalkan sehingga memungkinkan untuk memperhitungkan tindakan yang akan diambil.
7.     Rasa keadilan dalam berbagi, yakni kepercayaan bahwa ganjaran akan diterima lebih menurut aturan ketimbang menurut tingkah laku, dan struktur ganjaran akan diperoleh menurut keterampilan dan derajat partisipasi.
8.     Minat dan nilai tinggi diletakkan pada pendidikan formal dan sekolah.
9.     Menghormati martabat orang lain, termasuk orang yang berstatus rendah.
Semua ciri-ciri kepribadian masyarakat modern ini tercermin juga pada masyarakat di Timur Tengah, yang dewasa ini sudah mengalami lompatan yang cukup jauh dari tradisi-tardisi lama yang mereka pegang dan lembagakan.

E.  Penutup

Uraian di atas hanya menggambarkan kondisi atau gejala secara umum transformasi masyarakat karena proses modernisasi. Begitu pula halnya dengan masyarakat di Timur Tengah. Bahwa masyarakat di Timur Tengah juga mengalami dinamika dan perubahan dalam beberepa kalau tidak ingin dikatakan semua aspek kehidupan. Perubahan itu bukan karena tanpa disadari, dan tentu saja berimplikasi terhadap kehidupan sosial bidaya mereka, akan tetapi karena perubahan itu merupakan suatu keniscayaan maka itu harus tetap diterima.

DAFTAR BACAAN

Mashud, Mustain. 2007. “Perubahan Sosial”, dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar